Radio islami

Minggu, 14 Agustus 2011

Radio islami


Radio Streaming

Klik tombol Play di atas untuk mendengarkan Radio Al-Iman via streaming.

STREAMING SERVER LUAR INDONESIA

SERVER LIVE.HANG106.COM

Live Streaming

           

Streaming

 
Alamat Streaming:
http://live.radiossunnah.net

Radio Streamming

Jumat, 05 Agustus 2011

Live Masjidil Haram Mekkah

Menepati Nadzar

Menepati Nadzar


Lagi-lagi kisah mengenai Abu Nawas tidak ada habisnya untuk dibaca,hal itu dikarenakan karena Abu Nawas sangat cerdik.
Seperti kisah yang berikut ini, dimana kecerdikan Abu Nawas diuji oleh sahabat lamanya Abdul Hamid.
Ia telah meminta bantuan kepada Abu Nawas dlam hal mencari tanduk kambing yang besarnya sejengkal manusia untuk memenuhi nazar Abu dul Hamid.

Kisahnya...
Dahulu di Negeri Persia hiduplah seorang lelaki bernama Abdul Hamid AL Kharizmi.
Lelaki ini adalah seorang saudagar kaya raya di daerahnya. Namun sayang, ia belum juga dikarunia seorang anak meskipun usia pernikannya sudah mencapai lima tahun.
Pada suatu hari, setelah shalat Ashar di masjid, ia bernazar,
"Ya Allah...jika Engkau mengaruniaku seorang anak, amak akan kusembelih seekor kambing yang memiliki tanduk sebesar jengkal manusia."

Tanpa diduga, setelah ia pulang dari masjid, istrinya yang bernama Zazariah berteriak sambil memeluknya ketika Abdul Hamid sampai di depan pintu rumah,
"Wahai suamiku...Ternyata Allah sduah mengabulkan doa kita selama ini, aku hamil," ungkap istrinya.
Saat itu Abdul Hamid tampak bingung.

Minta Bantuan Abu Nawas.
Pasangan suami istri itu sangat bahagia. Abdul Hamid sangat menyayangi dan meperhatikan istrinya saat ia hamil. Setelah sembilan bulan lamanya, akhirnya istrinya melahirkan seorang anak laki-laki yang lucu yang diberi nama Abdul Hafiz.

Beberapa minggu setelah kelahiran anaknya, ia teringat akan nazar yang telah diucapkan di masjid dahulu, yaitu menyembelih kambing yang memiliki tanduk sebesar jengkal manusia. Namun setelah dicari ke seluruh pelosok, kambing yang dia maksud belum ketemu juga.

Dia merenung, dan tiba-tiba saja ia teringat akan teman lamanya yang bernama Abu Nawas, seorang sahabat yang sangat cerdik. Ia menyuruh anak buahnya untuk mencari tahu keberadaan Abu Nawas.
Setelah beberapa hari mencari, anak buah Abdul Hamid menemukan juga rumah Abu nawas karena Abu Nawas ini orang yang sangat terkenal di jamannya.

Sesampainya di rumah Abu Nawas, anak buah Abdul Hamid menceritakan kejadian yang dialami oleh majikannya.
"Baiklah, aku akan pergi ke sana, tapi tunggu, aku akan berpamitan dulu dengan istriku," kata Abu Nawas kepada anak buah Abdul Hamid.
Abu Nawas pun berangkat bersama anak buanya Abdul Hamid,meskipun dia belum menemukan akal untuk memecahkan masalah yang dialami oleh sahabatnya.

Sesampainya di Persia, Abu Nawas disambut oleh Abdul Hamid dan istrinya. Setelah menceritakan maslah yang menimpanya, Abu Nawas berkata,
"Berilah aku waktu semalam saja untuk berfikir. Besok pagi akan aku beri jawabannya."
Setelah itu Abu Nawas dipersilahkan untuk beristirahat di kamrnya.

Semalam suntuk dia tak bisa tidur, untuk mencari akal mengenai jawaban yang akan diberikan kepada sahabatnya besok pagi. Setelah bebrapa jam memeras otak, akhirnya dia tidur juga malam itu, yang menandakan bahwa jawaban telah dia temukan.

Jengkalnya Bayi.
Keesokan paginya, Abu Nawas menyuruh anak buah Abdul Hamid untuk menyiapkan seekor kambing di kebun belakang rumah pada tengah hari. Abu Nawas bilang akan memberikan sebuah kejutan untuk sahabatnya, Abdul Hamid.


Saat matahari sudah berada tepat di atas kepala, Abu Nawas mengajak Abdul Hamid peri ke kebun rumahnya.
"Aku sudah menemukan kambing yang kau cari," kata Abu Nawas.

Wajah Abdul Hamid kaget dan bingung tak mengerti, karena kambing yang diperoleh Abu Nawas ternyata hanya kambing yang biasa saja, ia mulai mengira bahwa tanduk dari kambing itu belum sejengkal manusia. hatinya pun mulai ciut.

"Baiklah sahabatku, sekarang engkau dapat menepati nazarmu untuk menyembelih kambing yang mempunyai tanduk sebesar jengkal manusia," kata Abu Nawas.
"Tapi bukankah tanduk kambing itu sama saja dengan tanduk kambing yang lainnya, tidak sebesar jengkal manusia," ujar Abdul Hamid ragu.

Lalu Abu Nawas menyuruh Abdul Hamid membawa anaknyake sana. Setelah Abdul Hamid menyerahkan anaknya, Abu Nawas lalu mngukur jengkal bayi itu dengan tanduk kambing, lalu memperlihatkannya kepada Abdul Hamid.

"Nah...sekarang kamu sudah bisa membayar nazarmu kepada Allah bukan?" kata Abu Nawas.
Abdul Hamid pun tersenyum puas dengan jawaban yang diberikan oleh Abu Nawas.
Nazar pun akhirnya bisa dipenuhi, betapa senangnya Abdul Hamid dan istrinya bisa memenuhi nazar mereka.

NB (kosakata postingan ini):
Jengkal adalah ukuran panjang.
Satu jengkal sama dengan sak kilan (dalam bahasa Jawa).
Jengkal adalah panjang antara ujung jari ibu dengan ujung jari telunjuk.
Sejengkal adalah satu kali panjang antara ujung jari ibu dengan ujung jari telunjuk.

Panah membawa rizki

Panah membawa rizki


Abu Nawas memang cerdik, msekipun tak mempunyai kemampuan untuk melaksanakan titah sang raja, namun dia selalu berhasil melaksanakan tugasnya. Dan hadiah selalu menanti, sungguh rezeki yang tak disangka.

Suatu ketika Abu Nawas diundang oleh Raja Harun Ar-Rasyid untuk makan bersama. Maka berangkatlah para pengawal kerajaan untuk menjemput Abu Nawas di rumahnya. Tak berapa lama kemudian Abu Nawas telah sampai di istana dengan pakaian sederhana saja.
Abu Nawas langsung diajak berbincang di sebuah pendapa dengan berbagai jamuan makanan lengkap dengan minuman yang segar.

Melihat begitu banyaknya makanan, Abu Nawas pun sangat lahap menyantap makanan yang dihidangkan kepadanya. Sementara itu, raja masih meneruskan perbincangannya dengan Abu Nawas tentang kekuasaannya.

Raja Harun Dihargai 100 dinar.
Raja Harun bercerita kepada Abu Nawas terkait dengan luasnya wilayah yang telah dipimpinnya. Namun Abu Nawas nampak tidak menggubris malah dia sibuk dengan makanan yang tersaji di hadapannya.
Tak Lama kemudian, raja mulai melontarkan berbagai pertanyaan kepada Abu Nawas.

"Hai Abu Nawas, kalau setiap benda ada harganya, berapakah harga diriku ini?" tanya raja.
Abu Nawas yang masih dalam kondisi kekenyangan setelah makan makan, menjawab sekenanya tanpa berpikir panjang.
"Hamba kira, mungkin sekitar 100 dinar saja Paduka," jawab Abu Nawas.
"Terlalu sekali engkau Abu Nawas, harga sabukku saja 100 dinar," bentak raja.

"Tepat sekali Paduka, memang yang saya nilai dari diri Paduka hanya sebatas sabuk itu saja," ujar Abu Nawas.
Karena merasa tak ingin dipermalukan oleh Abu Nawas karena kecerdikannya, kali ini raja tidak mau lagi mengambil resiko dengan beradu pendapat lagi.
Oleh karena itu, Abu Nawas diajak menuju ke tengah-tengah prajuritnya yang merupakan ahli beladiri dan ketangkasan.

"Ayo Abu Nawas, di hadapan para prajuritku, tunjukkanlah kemampuan memanahmu. Panahlah sekali ini saja, kalau panahmu dapat mengenai sasaran, hadiah akan menantimu. Tapi kalau gagal, engkau akan aku penjara," kata raja.

Abu Nawas Mendapat Hadiah.
Abu Nawas pun bergegas mengambil busur dan anak panah. Dengan memantapkan hati, Abu Nawas membidik sasaran dan mulai memanah. Namun panahnya meleset dari sasaran.
"Dari pengamatan saya, ini adalah gaya memanah para makelar tanah," ujar Abu Nawas untuk menutupi kelemahannya.

Sesaat kemudian, Abu Nawas mencabut sebuah anak panah lagi dan membidik sasaran. Lagi-lagi anak panah yang dibidikkan itu melesat terlalu jauh dari sasaran.
"Kalau yang ini Paduka, ini gaya Juragan Buah kalau sedang memanah," sahut Abu Nawas untuk menutupi kelemahannya yang kedua.

Untuk yang ketiga kalinya, Abu Nawas kembali mencabut anak panah dan mulai membidiknya. Namu kali ini kebetulan anak panah yang dibidikkan tersebut mengenai sasaran.
"Nah yang ini Paduka, ini baru gaya Abu Nawas kalau sedang memanah, saya pun menunggu hadiah yang Paduka janjikan," kata Abu Nawas dengan gembira.

Dengan tak bisa menyembunyikan tawanya, Paduka Raja lantas memberikan hadiah kepada Abu Nawas. Dengan kecerdikannya bermain kata-kata yang masuk logika akhirnya Abu Nawas mendapat hadiah, dia pun langsung mohon diri karena tak sabar untuk memberikan hadiah itu kepada istrinya.

Sabtu, 30 Juli 2011

Nasehat Menjelang Ramadhan



(Oleh: Syaikh Abdul Aziz bin Abdillah bin Abdirrahman Baz rahimahullâh[1])

بِسْمِ ٱللهِ وَالْحَمْدُلِلَّهِ وَصَلَّى ٱللهُ عَلَى رَسُوْلِ ٱللهِ
وَعَلَى آلِهِ وَ أَصْحَابِهِ وَمَنِ اهْتَدَى بِهُدَاهُ ، أَمَّا بَعْدُ
Berkenaan dengan kehadiran bulan Ramadhân, saya menasehatkan kepada saudara-saudaraku kaum Muslimin dimanapun berada agar senantiasa bertakwa kepada Allâh Ta'âla, berlomba-lomba melakukan kebaikan, saling memberi nasehat dan sabar dalam menasehati, saling menolong dalam melakukan kebaikan, menjauhi semua perbuatan maksiat yang diharamkan oleh Allâh Ta'âla dimanapun dan kapanpun jua, terutama pada bulan Ramadhân. Karena bulan Ramadhân adalah bulan yang teramat mulia. Amalan-amalan shaleh di bulan ini dilipat-gandakan balasannya dan orang yang berpuasa dan melakukan qiyâmul lail (tarawih) dengan didasari iman dan mengharapkan pahala, dosa-dosanya akan dihapus oleh Allâh Ta'âla.
Rasûlullâh Shallallâhu 'Alaihi Wasallam bersabda :
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
Barangsiapa berpuasa pada Ramadhân karena iman dan mengharap pahala,
maka dia diampuni dosanya yang telah lewat
.
[2]

Juga sabda Beliau Shallallâhu 'Alaihi Wasallam :
إِذَا دَخَلَ شَهْرُ رَمَضَا نَ فُتِّحَتْ أَبْوَابُ السَّمَاءِ
وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ جَهَنَّمَ وَسُلْسِلَتْ الشَّيَاطِينُ
Apabila bulan Ramadhân telah tiba, pintu-pintu surga dibuka,
pintu-pintu neraka ditutup dan setan-setan dirantai
.[3]

Juga sabda Rasûlullâh Shallallâhu 'Alaihi Wasallam, yang artinya,
“Puasa itu adalah perisai.
Saat salah diantara kalian sedang berpuasa,
janganlah ia berbuat keji dan jangan menyalakan api permusuhan.
Jika dia dihina atau diperangi oleh orang lain,
hendaknya dia mengatakan, 'Aku sedang berpuasa.
'"
[4]

Dan sabda Rasûlullâh Shallallâhu 'Alaihi Wasallam, yang artinya,
Allâh Ta'âla berfirman:  ‘Semua amalan manusia untuknya.
Satu kebaikan dibalas dengan sepuluh kalinya, kecuali puasa.
Puasa itu untuk-Ku dan saya akan membalasnya.
Dia meninggalkan tuntutan syahwatnya, tidak makan dan dia tidak minum demi Aku.
Orang yang berpuasa mendapatkan dua kebahagiaan,
kebahagiaan ketika berbuka dan kebahagiaan ketika bertemu dengan Rabb-nya.
Sungguh disisi Allâh, aroma mulut orang yang sedang berpuasa itu
lebih wangi daripada aroma kasturi.”
[5]

Saya juga mewasiatkan kepada saudara-saudaraku kaum Muslimin agar tetap istiqâmah pada siang ataupun malam Ramadhân, berlomba-lomba melakukan kebaikan. Diantara perbuatan baik itu adalah membanyak membaca al-Qur’ân sambil mentadabburi dan memahaminya, memperbanyak tasbîh, tahmîd, tahlîl, takbîr, istighfâr, berdoa kepada Allâh Ta'âla agar dimasukan ke surga dan diselamatkan dari siksa neraka dan berbagai do’a kebaikan lainnya.
Tak lupa, saya juga mewasiatkan kepada saudara-saudaraku kaum Muslimin agar memperbanyak shadaqah, membantu orang-orang fakir, miskin, menunaikan zakat dan menyerahkannya kepada yang berhak menerimanya, memperhatikan dakwah, mengajari orang yang tidak tahu, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah kemungkaran dengan cara yang lembut, penuh hikmah dan dengan metode-metode yang bagus bukan yang buruk, istiqâmah diatas al-haq dan senantiasa bertaubat kepada Allâh Ta'âla.
Allâh Ta'âla berfirman, yang artinya,
“Bertaubatlah kamu sekalian kepada Allâh,
Hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.”
 

(Qs an-Nûr/24:31)

Juga firman Allâh Ta'âla, yang artinya,
Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, “Rabb Kami adalah Allâh”,
kemudian mereka tetap istiqamah,
maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada (pula) berduka cita.
Mereka itulah penghuni-penghuni surga, mereka kekal di dalamnya;
sebagai balasan atas apa yang telah mereka kerjakan.
"

(Qs al-Ahqâf/46:13-14)

Semoga Allâh Ta'âla senantiasa memberikan taufik kepada kita semua untuk melakukan segala yang diridhai-Nya dan semoga Allâh Ta'âla melindungi kita semua dari segala fitnah yang menyesatkan serta jebakan setan.
Sesungguhnya Allâh Maha Pemurah lagi Maha Mulia.
[1]Diterjemahkan dari Majmu’ Fatâwâ wa Maqâlât Mutanawwi’ah, 15/48-50
[2]HR Bukhâri, no. 2014 dan Muslim, no. 760
[3]HR Bukhâri, no. 1899 dan Muslim, no. 1079
[4]HR Bukhâri, no. 1904
[5]HR Bukhâri dan Muslim

Selasa, 26 Juli 2011

kasih ibu


KASIH IBU TAK TERBATAS
#IBU memiliki sifat ilahi yang penuh kasih, sehingga ketika janin berada dalam kandungannya disebut berada di alam rahim, salah satu asma-Nya.
Alam rahim sang #IBU ibarat surga firdaus yang serba damai, happy, sehingga ketika anak Adam keluar dari situ sebuah derita dimulai.
Selama janin berada di alam rahim #IBU, merekam musik lembut denyut jantung yang bersifat universal dan terkesan sampai sekarang.
Begitu mendalamnya kenangan janin di alam rahim, ketika nangis akan segera diam ketika telinganya ditempelkan ke dada #IBU sebelah kiri menikmati musik jatung.
Hati #IBU lapang dan penuh kasih, ibarat samudera yang tak pernah menolak kehadiran anak-anak sungai sekalipun airnya kotor.
Doa dan kerja keras #IBU dalam membesarkan anak-anak menjadi pupuk mujarab bagi anak-anak agar tumbuh jadi pribadi yang tegar, ulet, dalam meraih cita-citanya.
Sosok #IBU sebagai wanita memiliki sisi maskulinitas, sebagaimana seorang ayah juga memiliki dimensi feminitas.
Karena sosok #IBU or wanita sangat besar perannya dalam membentuk karakter anak serta posisinya yang dihormati, maka mereka disebut empu (per-empu-an).
Nurani kita selalu rindu dan rela sujud di hadapan #IBU,  karena dalam dirinya terpancar sifat ilahi, Sumber Kasih, yang selalu memberi tak harap kembali.
Sedah hampir 10 tahun saya bekerja, tapi belum pernah #IBU meminta sepeserpun dari penghasilan saya
Kasih #IBU pada anak bagaikan curah air hujan, yang memantul kembali dari anak ke atas tidak sebanding
Memang tidak semua #IBU pintar mendidik anaknya, tapi semua ibu yang normal pasti menyayangi anaknya!
Hampir selama 24 jam #IBU ingat, peduli dan mendoakan anak-anaknya. Tapi berapa jam sehari anak ingat ibunya?
Meski tidak banyak bicara, ketika #IBU ada di rumah aura kasihnya memenuhi seluruh rumah dan ruang hati. Cintai dan baktilah padanya semasih hidup.
Apakah kita bisa berdusta satu kali, tanpa melahirkan dusta-dusta berikutnya yang memenjara hati? Siapakah yang cukup kuat untuk berlama-lama hidup gelisah?
Ketik seorang wanita melahirkan maka kesadaran sebagai #IBU terbentuk secara drastis, suatu transformasi diri yang tidak terjadi pada lelaki.